MAKALAH ILMU KALAM DAN TASAWUF
KERANGKA BERPIKIR ILMU-ILMU KALAM
DOSEN PEMBIMBING, BUHORI, S.Pdi
DISUSUN OLEH KELOMPOK VI:
CHARIRIL LATIF
EKO SUDARNO
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SULTAN SYARIF HASYIM (SSH)
SIAK
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------- i
BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------------------------- 1
A. Latar belakang--------------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan----------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN------------------------------------------------------------ 3
A. Pengertian----------------------------------------------------------------- --- 3
B. Beberapa nama lainnya------------------------------------------------------- 6
BAB III KESIMPULAN------------------------------------------------------------ 9
SARAN------------------------------------------------------------------------------- 9
PENUTUP---------------------------------------------------------------------------- 9
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------- 10
| |||
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ilmu Kalam kadang-kadang juga disebut llmu
Tuahid, llmu Ushuluddin, Ilmu Akidah
atau Aqo’id. Yang terpenting dalam ilmu tauhid ialah mengenai keesaan Allah
SWT. Kalau ilmu ushuluddin ialah ilmu yang membahas tentang perinsip-perinsip
kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qath’I (Al-Qur’an dan Hadis
mutawatir) dan dalil-dalil akal pikiran. Sedangkan ilmu akidah atau aqo’id
membicarakan tentang kepercayaan islam, artinya mereka menetapkan atas
kebenarannya.
Dalam makalah ini yang berjudul “KERANGKA
BERPIKIR ILMU-ILMU KALAM” akan membahas pemahaman ilmu –ilmu kalam yang
berdasarkan pentingnya mempelajari ilmu-ilmu kalam untuk kehidupan kita sehari-
hari. Karena pentingnya pemahaman terhadap sang kholiq sangatlah penting demi
mengkuatkan dasar keimanan kita terhadap-Nya sehingga tidak mudah digoyahkan
terhadap pemahaman-pemahaman baru yang merusak keyakinan kita terhadap rukun
iman dan rukun islam. Sebab jaman sekarang ini bayak misionaris yang
mengkacaukan pemahaman iman kepada Allah SWT supaya kita mengikuti ajarannya
dan ikut serta memeluk agamanya.
Oleh sebab itu,
kami akan sedikit belajar mengenai dasar pemikiran ilmu kalam. Dengan perinsip
keimanan yang akan dituangkan dalam pembahasan kali ini.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut, maka rumusan
masalah yang muncul adalah:
1. Apa pengertian Ilmu kalam?
1. Apa pengertian Ilmu kalam?
2. Apa hakekat dan makna Ilmu kalam sebagai dasar aqidah pokok dan dalam islam?
C.
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka
tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian Ilmu tauhid.
2. Mengetahui hakekat dan makna Ilmu kalam sebagai dasar aqidah pokok
dalam islam dengan kita memahami apa dan bagaimana ilmu kalam
itu, kita mengharapkan dapat paham dan mengerti apa ilmu kalam itu sendiri. Baik
kita dapat mengamalkan dalam ibadah kita terhadap Allah SWT maupun dalam
pergaulan kita sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kerangka
berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi peahaman-pemahaman lainnya,
sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
selanjutnya. Sedangkan Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keislaman yang banyak
mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan (firman
tuhan). Persoalan ilmu kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang
mendalam dengan dasar-dasar argumentasi baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah
(Al-Qur’an dan Hadits). Jadi kerangka berpikir ilmu-ilmu kalam akan mencari pengertian
pemahaman yang mendasar tentang ilmu-ilmu kalam.
Ilmu
kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni pada masa
khalifah Al-Makmun (813-833) dari bani Abbasiyah. Diterangkan oleh Asy-Syahrastani
bahwa: “Ulama-ulama Mu’tazilahmempelajari buku-buku filsafat pada masa pemerintahan
khalifah Al-Makmun, maka merka mempertemukan sistem ilmu kalam, dan
menjadikannya ilmu yang berdiri sendiri diantara ilmu-ilmu ke-Islaman yang ada,
serta menamakannya ilmu klam. Ada kalanya masalah yang paling penting yang
mereka bicarakan dan berperang- perang (berselisih paham,pen) adalah masalah
al-kalam (firman Allah,pen). Maka
ilmu ini dinamakan dengan namanya. Ada kalanya karena persesuaian dengan mereka
dengan ahli-ahli filsafat didalam memberi nama ilmu maniq (ilmu-ilmu logika)
diantara imu-ilmu mereka. Sedangkan ilmu kalam dan ilmu mantiq adalah sinonim.
Filosofi keimanan itu sama halnya
dengan Filosofi ketauhidan. Secara etimologi, kata
tauhid berasal dari bahasa Arab, bentuk mashdar dari kata وحّد , artinya mengesakan. Sedangkan secara
terminologi, terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama
sebagai berikut: Menurut Syeikh Muhammad Abduh, tauhid adalah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah Swt, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama
sekali wajib dilenyapkan dari-Nya. Sedangkan Prof. M. Thahir A. Muin
mendefinisikan tauhid sebagai ilmu yang menyelidiki dan membahas soal yang
wajib, mustahil, dan yang jaiz bagi Allah Swt dan utusan-utusan-Nya; serta
mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk
membuktikan ada-nya Dzat yang mewujudkan. Dengan redaksi yang berbeda dan sisi
pandang yang lain Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu tauhid adalah ilmu yang
berisi alasan-alasan dari akidah keimanan dengan dalil-dalil ‘aqliyah dan
berisi pula alasan-alasan bantahan terhadap orang-orang yang menyelewengkan
akidah salaf dan ahlisunnah.
Selama hayatnya,
Rasulullah Saw berjuang dengan gigih menegakkan tauhid di tengah masyarakat
yang hidup dalam kekafiran dan kemusyrikan. Beliau mengajak mereka untuk
bertauhid dan memberikan pendidikan ketauhidan yang intensif kepada para
sahabat dan pengikutnya. Beliau juga memberikan contoh kongkrit dan tauladan
positif bagaimana sikap hidup manusia bertauhid yang tercemin dalam perkataan,
sikap hidup, kepribadian, dan prilaku sehari-hari.
Dan contoh dalil yang menegaskan bahwa rosul pun pernah ditanyakan
tentang ilmu kalam:
“HADITS KEDUA
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ
الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ،
وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى
فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ
الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ
وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ
اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا
الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ
أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ
انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ
السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ
أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]
Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari Umar
radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya
berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa
tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian
dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari
yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “
Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)
Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang,
tetapi harus dihayati dengan baik dan benar. Apabila tauhid telah dimiliki,
dimengerti, dan dihayati dengan baik dan benar, seseorang akan menyadari
kewajibannya sebagai hamba Allah Swt dengan sendirinya.. Hal ini akan nampak
dalam ibadahnya maupun dalam kehidupannya sehari-hari.
Tujuan Ilmu Tauhid diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
2. Membimbing
manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan
ibadah dengan penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan
jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapa
menyesatkan.
4. Mengantarkan manusia
kepada kesempurnaan lahir dan batin
B. Beberapa Nama Lainnya
Adapun ilmu ini dinamakan ilmu
kalam, disebabkan:
1.
Persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan
pada abad-abad permulaan hijriyah ialah apa kalam Allah (Al-Qur’an) itu qodim
atau hadits. Karena itu keseluruhan ilmu kalam ini dinamai salah satu bagiannya
yang tepenting.
2.
Dasar lmu kalam ialah dalil-dalil pikiran, jarang
mempergunkan dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits) kecuali sesudah menetapkan
benarnya pokok persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil pemikian.
Ilmu ini kadang-kadang juga disebut:
1.
Ilmu tauhid
Yang terpenting dalam pembahasan
ilmu kalam ini ialah mengenai keesaan Allah SWT. Menurut ulama-ulama Ahli
Sunah: “Adapun ilmu tauhid itu ialah bahwa Allah SWT itu esadalam Dzatnya ,
tidak terbagi-bagi. Esa dalam sifat-sifat-Nya yang azali, tiada tara bandingan
bagi-Nyadan Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya”. Dan ada dalil juga yang Allah terangkan dalam
Al-Qur’an surat Al-Ikhlas:
(١)اللَّهُ
أَحَدٌ قُلْ هُوَ
(٢)الصَّمَدُ
اللَّهُ
(٣)يُولَدْ
وَلَمْ يَلِدْ لَمْ
(٤)حَدٌأَ
كُفُوًا لَهُ يَكُنْ وَلَمْ
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
2.
Ilmu Ushluddin
Ilmu ushuluddin ialah ilmu yang
membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang
qath’i (Al-Qur’an dan Hadits mutawatir) dan dalil-dalil akal pikiran.
3.
Ilmu Akhidah atau ilmu Aqo’id
Ilmu ini membicarakan tentang kepecayaan islam. Syaikh Thahir Al-Jazair
(1851-1919) menerangkan “Akidah islamiyah ialah hal-hal yang diyakini oleh
orang-orang islam, artinya mereka menetapkan atas kebenarannya”
Syaikh Muhammad Abduh menerangkan:
“Asal-usul makna ilmu tauhid mengiktikadkan Allah adalah Esa,tidak ada
sekutu bagi-Nya. Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid adalah sebagai penamaan baginya
yang terpenting, yaitu menetapkan sifat esa bagi Allah
SWT dalam Dzat-Nya dam perbuatan-Nya dalam menciptakan alam semesta serta dia
sendiri pula tempat kembali segala ala mini dan penghabisan segala tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dalam kita beragama haruslah
mengetahui dasar-dasar aqidah kita, yang mana akan menentukan kita pula untuk
mencapai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.
B. Kritik
dan Saran.
Makalah
ini diselesaikan dengan upaya maksimal menurut kemampuan penulis. Namun
demikian, sangat disadari bahwa keterbatasan yang ada menjadikan berbagai
kekurangan yang tentunya mengharap tunjuk ajar, serta krik dan saran dari semua
pihak, untuk perbaikan penulisan berikutnya.
C. Penutup
Mungkin hanya inilah yang dapat kami
ketahui. Bila ada kekurangan yang banyak kami harap para pembaca semua dapat
memberikan ilmunya kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA
A.Nasir
Salihun, Pemikiran Kalam. Jakarta:Rajawali Pers 2012
by: http://en.gravatar.com/charirillatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar