Kamis, 02 Oktober 2014

kerangka berpikir ilmu-ilmu kalam

MAKALAH ILMU KALAM DAN TASAWUF
KERANGKA BERPIKIR ILMU-ILMU KALAM
DOSEN PEMBIMBING, BUHORI, S.Pdi

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI:
CHARIRIL LATIF
EKO SUDARNO
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SULTAN SYARIF HASYIM (SSH)
                                                SIAK                     
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI-------------------------------------------------------------------------- i
BAB I  PENDAHULUAN---------------------------------------------------------- 1
A. Latar belakang--------------------------------------------------------------------- 1
B. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------- 1
C. Tujuan----------------------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN------------------------------------------------------------ 3
A.    Pengertian----------------------------------------------------------------- --- 3
B.     Beberapa nama lainnya------------------------------------------------------- 6
BAB III KESIMPULAN------------------------------------------------------------ 9
SARAN------------------------------------------------------------------------------- 9
PENUTUP---------------------------------------------------------------------------- 9
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------- 10





i
 
 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Ilmu Kalam kadang-kadang juga disebut llmu Tuahid, llmu Ushuluddin, Ilmu  Akidah atau Aqo’id. Yang terpenting dalam ilmu tauhid ialah mengenai keesaan Allah SWT. Kalau ilmu ushuluddin ialah ilmu yang membahas tentang perinsip-perinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qath’I (Al-Qur’an dan Hadis mutawatir) dan dalil-dalil akal pikiran. Sedangkan ilmu akidah atau aqo’id membicarakan tentang kepercayaan islam, artinya mereka menetapkan atas kebenarannya.
Dalam makalah ini yang berjudul “KERANGKA BERPIKIR ILMU-ILMU KALAM” akan membahas pemahaman ilmu –ilmu kalam yang berdasarkan pentingnya mempelajari ilmu-ilmu kalam untuk kehidupan kita sehari- hari. Karena pentingnya pemahaman terhadap sang kholiq sangatlah penting demi mengkuatkan dasar keimanan kita terhadap-Nya sehingga tidak mudah digoyahkan terhadap pemahaman-pemahaman baru yang merusak keyakinan kita terhadap rukun iman dan rukun islam. Sebab jaman sekarang ini bayak misionaris yang mengkacaukan pemahaman iman kepada Allah SWT supaya kita mengikuti ajarannya dan ikut serta memeluk agamanya.
                Oleh sebab itu, kami akan sedikit belajar mengenai dasar pemikiran ilmu kalam. Dengan perinsip keimanan yang akan dituangkan dalam pembahasan kali ini.


B.      Rumusan masalah
Dari  latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang muncul adalah:
1. Apa pengertian Ilmu
kalam?
2. Apa hakekat  dan makna Ilmu kalam sebagai dasar aqidah pokok dan dalam islam?
          C.   Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian Ilmu tauhid.
2.      Mengetahui hakekat  dan makna Ilmu kalam sebagai dasar aqidah pokok  dalam islam dengan  kita memahami apa dan bagaimana ilmu kalam itu, kita mengharapkan dapat paham dan mengerti apa ilmu kalam itu sendiri. Baik kita dapat mengamalkan dalam ibadah kita terhadap Allah SWT maupun dalam pergaulan kita sehari-hari.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi peahaman-pemahaman lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Sedangkan Ilmu kalam adalah disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan (firman tuhan). Persoalan ilmu kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah (Al-Qur’an dan Hadits). Jadi kerangka berpikir ilmu-ilmu kalam akan mencari pengertian pemahaman yang mendasar tentang ilmu-ilmu kalam.
            Ilmu kalam dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri, yakni pada masa khalifah Al-Makmun (813-833) dari bani Abbasiyah. Diterangkan oleh Asy-Syahrastani bahwa: “Ulama-ulama Mu’tazilahmempelajari buku-buku filsafat pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun, maka merka mempertemukan sistem ilmu kalam, dan menjadikannya ilmu yang berdiri sendiri diantara ilmu-ilmu ke-Islaman yang ada, serta menamakannya ilmu klam. Ada kalanya masalah yang paling penting yang mereka bicarakan dan berperang- perang (berselisih paham,pen) adalah masalah al-kalam (firman Allah,pen). Maka ilmu ini dinamakan dengan namanya. Ada kalanya karena persesuaian dengan mereka dengan ahli-ahli filsafat didalam memberi nama ilmu maniq (ilmu-ilmu logika) diantara imu-ilmu mereka. Sedangkan ilmu kalam dan ilmu mantiq adalah sinonim.
Filosofi keimanan itu sama halnya dengan Filosofi ketauhidan. Secara etimologi, kata tauhid berasal dari bahasa Arab, bentuk mashdar dari kata وحّد , artinya mengesakan. Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama sebagai berikut: Menurut Syeikh Muhammad Abduh, tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah Swt, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari-Nya. Sedangkan Prof. M. Thahir A. Muin mendefinisikan tauhid sebagai ilmu yang menyelidiki dan membahas soal yang wajib, mustahil, dan yang jaiz bagi Allah Swt dan utusan-utusan-Nya; serta mengupas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat untuk membuktikan ada-nya Dzat yang mewujudkan. Dengan redaksi yang berbeda dan sisi pandang yang lain Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu tauhid adalah ilmu yang berisi alasan-alasan dari akidah keimanan dengan dalil-dalil ‘aqliyah dan berisi pula alasan-alasan bantahan terhadap orang-orang yang menyelewengkan akidah salaf dan ahlisunnah.  
Selama hayatnya, Rasulullah Saw berjuang dengan gigih menegakkan tauhid di tengah masyarakat yang hidup dalam kekafiran dan kemusyrikan. Beliau mengajak mereka untuk bertauhid dan memberikan pendidikan ketauhidan yang intensif kepada para sahabat dan pengikutnya. Beliau juga memberikan contoh kongkrit dan tauladan positif bagaimana sikap hidup manusia bertauhid yang tercemin dalam perkataan, sikap hidup, kepribadian, dan prilaku sehari-hari.
Dan contoh dalil yang menegaskan bahwa rosul pun pernah ditanyakan tentang ilmu kalam:

HADITS KEDUA

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  
[رواه مسلم]

Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)

Tauhid tidak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi harus dihayati dengan baik dan benar. Apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik dan benar, seseorang akan menyadari kewajibannya sebagai hamba Allah Swt dengan sendirinya.. Hal ini akan nampak dalam ibadahnya maupun dalam kehidupannya sehari-hari.
 Tujuan Ilmu Tauhid diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.
2.    Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
3.    Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapa menyesatkan.
4.   Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin

B.     Beberapa Nama Lainnya
Adapun ilmu ini dinamakan ilmu kalam, disebabkan:
1.      Persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan hijriyah ialah apa kalam Allah (Al-Qur’an) itu qodim atau hadits. Karena itu keseluruhan ilmu kalam ini dinamai salah satu bagiannya yang tepenting.
2.      Dasar lmu kalam ialah dalil-dalil pikiran, jarang mempergunkan dalil naqli (Al-Qur’an dan Hadits) kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil pemikian.

Ilmu ini kadang-kadang juga disebut:
1.      Ilmu tauhid
Yang terpenting dalam pembahasan ilmu kalam ini ialah mengenai keesaan Allah SWT. Menurut ulama-ulama Ahli Sunah: “Adapun ilmu tauhid itu ialah bahwa Allah SWT itu esadalam Dzatnya , tidak terbagi-bagi. Esa dalam sifat-sifat-Nya yang azali, tiada tara bandingan bagi-Nyadan Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya”.  Dan ada dalil juga yang Allah terangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas:
(١)اللَّهُ أَحَدٌ قُلْ هُوَ
(٢)الصَّمَدُ اللَّهُ
(٣)يُولَدْ وَلَمْ يَلِدْ لَمْ
(٤)حَدٌأَ كُفُوًا لَهُ يَكُنْ وَلَمْ

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

2.      Ilmu Ushluddin
Ilmu ushuluddin ialah ilmu yang membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang qath’i (Al-Qur’an dan Hadits mutawatir) dan dalil-dalil akal pikiran.
3.      Ilmu Akhidah atau ilmu Aqo’id
Ilmu ini membicarakan tentang kepecayaan islam. Syaikh Thahir Al-Jazair (1851-1919) menerangkan “Akidah islamiyah ialah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang islam, artinya mereka menetapkan atas kebenarannya”
Syaikh Muhammad Abduh menerangkan:
“Asal-usul makna ilmu tauhid mengiktikadkan Allah adalah Esa,tidak ada sekutu bagi-Nya. Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid adalah sebagai penamaan baginya yang terpenting, yaitu menetapkan sifat esa bagi Allah SWT dalam Dzat-Nya dam perbuatan-Nya dalam menciptakan alam semesta serta dia sendiri pula tempat kembali segala ala mini dan penghabisan segala tujuan.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jadi dalam kita beragama haruslah mengetahui dasar-dasar aqidah kita, yang mana akan menentukan kita pula untuk mencapai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.

B.     Kritik dan Saran.
Makalah ini diselesaikan dengan upaya maksimal menurut kemampuan penulis. Namun demikian, sangat disadari bahwa keterbatasan yang ada menjadikan berbagai kekurangan yang tentunya mengharap tunjuk ajar, serta krik dan saran dari semua pihak, untuk perbaikan penulisan berikutnya.


C.    Penutup

Mungkin hanya inilah yang dapat kami ketahui. Bila ada kekurangan yang banyak kami harap para pembaca semua dapat memberikan ilmunya kepada kami.




DAFTAR PUSTAKA

A.Nasir Salihun, Pemikiran Kalam. Jakarta:Rajawali Pers 2012



by: http://en.gravatar.com/charirillatif




 



Tidak ada komentar: